Sabtu, 17 Mei 2014

Perbedaan TOEFL ITP dan PBT

TOEFL International yg diakui ETS itu ada banyak, ada yg paper based toefl atau PBT, computer based atau CBT, dan yg paling update internet based atau iBT. Nah, yg kita kenal skornya 677 an itu adalah paper based atau PBT. Dulu PBT ini sangat populer di indonesia, dan diakui secara international. ETS sebagai juragan TOEFL juga memfasilitasi orang2 yang ingin melakukan PREDICTION sebelum mengambil PBT yang international, lalu muncullah PBT versi ITP atau versi institutional yg digunakan sebagai prediction saja. Karena PBT international harganya di atas $100 sedangkan ITP sekitar kurleb $27.5-$30 . Nah PBT versi ITP sangat populer di indo krn harganya murah. Tp sayang gak diakui scr internasional. Lambat laun, ETS mulai menghapuskan PBT internasional pelan2. Tahun 2006 PBT internasional masih ada di medan saja. Sekarang, di indonesia yg dipakai scr internasional hanya iBT. Kecuali utk negara2 yg akses internet dianggap belum stabil, maka masih ditemukan PBT versi internasional. Namun, PBT versi institutional atau ITP masih banyak ada di indonesia. Sering dipakai utk saringan beasiswa, misalnya Australia awards, dikti, bahkan LPDP. Jadi kalau ada yg bilang toefl PBT maka yg dimaksud adalah PBT versi ITP. Krn versi internasional sudah punah di indonesia. Toefl ITP hanya bisa diambil di tempat2 tertentu. Daftarnya bisa dilihat di halaman akhir buku panduan australia awards. Perbedaan mendasar satu lagi. Jika PBT/ITP menguji listening, structure, dan reading, maka iBT menguji reading, listening, speaking, dan writing (mirip IELTS). Dan maksimal skor 120 utk iBT. CMIIW 

Minggu, 11 Mei 2014

Anakmu, Anakku, Anak Kita

eits,, jangan salah sangka dulu. Ini bukan bahas tentang "anak" dalam pengertian keturunan ya :). Punya tetangga? dan apakah tetangga anda punya anak yang masih kecil, yg belum SMA gt. Dalam kategori saya sih, kalo belum SMA masih saya anggap anak kecil, silihat dari usia pun mereka masih 15 tahun. ah, selisih sedikit kok dengan saya,haha. back to topik. Beberapa hari ini, atau tepatnya beberapa bulan yang lalu semenjak saya lulus dan masih menikmati masa-masa "freshgraduate" saya menjadi lebih kenal dengan tetangga saya. Banyak anak-anak kecil di lingkungan saya yang mulai saya amati lebih teliti. macem macem banget karakter mereka. Ada tipe anak yang betah banget di rumah, ada pula anak yang pulang ke rumah cuma numpang tidur.

Kakak sepupu saya keren gila. Sabarnya itu luar biasa, jika saya yang menjadi dia mungkin saya sudah patah patah itu. Ada suatu cobaan yang tidak perlu saya ceritakan disini. But overall dia sukses berat melewatinya. Kakak saya punya 2 anak cowok, anak pertama sudah kelas 1 SMA dan dia sekolah di Pondok Gontor sekarang :D, jaman SMP dulu, tiap mau berangkat sekolah dia masih biasa di cium pipi kanan kiri sama dahi dengan kakak saya (ini barang langka saat ini) Disuruh apapun sama orang tua selalu manut, kalaupun terpaksa, tetap dia kerjakan. Ni anak TOP BGT lah

Ada juga tetangga yang juga masih saudara, memiliki anak cowok kelas 2 SMP dan dia keras banget. Keras di sini maksudnya kalau sudah minta sesuatu, entah motor, uang atau apalah selalu maksa, kalu nggak dikasi selalu marah2 dan banting2 barang2. Ini anak masih kelas 2 SMP, ya Allah, miris. Setiap malam minggu selalu keluar nongkrong dengan teman2nya entah dimana (saya aja paling banter nongkrong ke rumah nenek, dan itu memang setiap hari habis maghrib ke sana -__-) pokoknya kalah telak deh saya,haha.

Usut punya usut, ibu dari cowok pertama tadi adalah pure ibu rumah tangga. Anak selalu di bawa kemana-mana "maksudnya jarang dititipin ke tetangga". Sedangkan yang kedua, karena di rumah buka toko, akhirnya kadang2 pengawasan kepada anaknya kurang. Sewaktu kecil si anak sering dititipkan ke tetangga.  semacam kurang perhatian sih menurut saya. Orientasinya adalah orang lain, gampang banget percaya dengan orang lain. Misal: ketika dikasih tau orang "hp mu elek men. mosok ndue toko gede g iso tuku hp" langsung deh, dia pulang dan minta Hp baru >.<. semacam itulah pokoknya.

Dari kedua kasus itu saya merasa bahwa anak-anak akan berkembang sesuai dengan lingkungan terdekatnya. Seekor angsa yang anggun pun akan bertingkah seperti bebek ketika dia berkumpul dengan bebek. Saya memang belum punya anak, tapi melihat ini setidaknya saya bisa belajar sesuatu. "anak itu adalah titipan Tuhan, rawatlah dengan sebaik-baiknya, karena kelak mereka lah yang akan merawatmu. Kualitas kebaikan merawatmu akan berbanding lurus dengan kualitas mereka merawat kita. Siapkan kepribadian mereka menjadi anak yang peduli dengan keluarga dan lingkungan, insyAllah semua sifat baik akan mengikuti jika seorang anak peduli terhadap sesama."