Sabtu, 03 September 2016

I am moslem and happy :)

          Alhamdulillah diberi kesempatan untuk berjalan-jalan menikmati suasana dan budaya di negara orang. Sebagai seorang muslim, terkadang ada beberapa kesulitan saya temui di negara yang penduduknya adalah berbeda dengan kepercayaan saya. Yang pertama dan paling common adalah tentang makanan halal, atau halal food. Di sebagian negara memang agak sulit menemukan makanan halal, dan biasanya harganya lebih mahal :)

         Di Malaysia, makanan halal sangat mudah ditemukan karena layalnya Indonesia, di negara ini muslim merupakan mayoritas. Kita dapat menemukan makanan halal serta tempat untuk solat di berbagai sudut kota. Berbeda dengan negara sebelahnya, SIngapura di negara kecil namun sangat maju ini, jumlah kaum muslim lebih sedikit. Populasi makanan halal tidak sebanyak di negara Malaysia, namun makanan halal masih sering ditemukan. Di jalan-jalan maupun di tiap food court di mall.
 
         Lain halnya dengan di negara Thailand. Di negara ini jumlah muslimin sangat sedikit dan berpusat di Thailand bagian Selatan. Saya berkesempatan mengunjungi Thailand sebelah Utara, Bangkok dan Kamphaeng Saen, Provinsi Kantchaburi, Ranthcaburi, dan sekitarnya. Pernah suatu saat saya sampling di pasar terapung, saya lupa namanya, dan di sana saya dan teman numpang sholat di kantor polisi :). Kami tidak dapat menemukan tempt sholat seperti masjid maupun tempat yang bisa digunakan untuk sholat. Masalah makanan, di Thailand makanan halal lumayan mudah ditemukan. Di minimarket seperti seven eleven, kita dapat membedakan makanan halal, tinggal dilihat ada tidaknya logo halal :). Ada susu, roti, burger, mie instant, biskuit, dan makanan-makanan halal lainnya.

        Pengalaman paling menarik adalah ketika saya mengunjungi negara tirai bambu, China. Untuk di kota Beijing sendiri, di beberapa sudut kota saya melihat restoran halal. Ciri khas restoran-restoran ini adalah ada warna yang hijau mencolok, kontras dengan mayoritas warna favorit warga Tiongkok, merah. Berikut ini adalah foto dari rumah makan yang menyediakan makanan halal.




Ketika berjalan-jalan di Forbidden City, saya sempat bertemu dengan bebrapa muslim dari daerah yang berbeda. Sayang sekali saya tidak bisa bahasa mandarin sama sekali, dan mereka juga tidak bisa bahasa Inggris sama sekali. Senang sekali bisa bertemu saudara muslim disana. kami diberi beberapa snack berupa roti , kismis, dan kacang almond :)




          Pengalaman yang tak terlupakan adalah sewaktu saya dan teman saya pulang dari Wang Fu jing, suatu kawasan untuk berbelanja oleh-oleh yang murah di sana. Sewaktu menunggu lampu lalu lintas hijau untuk menyebrang, rombongan keluarga dari China melihat lihat ke arah kami dan salah satu bertanya dari mana, kami jawab dari Indonesia. Saya tau mereka sangat tertarik dan ingin tahu tentang jilbab yang kai pakai. Namun keterbatasan bahasa membuat kami hanya senyum2. Bahkan ibu2 sempat memegang jilbab teman saya, dan jika melihat gesture nya, mungkin si ibu ini berkata "jilbabnya bagus" :). Kami berdua hanya senyum2 terus, kami ingin menyampaikan bahwa muslim itu ramah, dan bisa hidup berdampingan. Ketika teman saya menengok ke belakang (kebetulan waku menyebrang, kami di barisan paling depan) ternyata b anyak orang2 di belakang yang melihat ke arah kami :). Mungkin di China masih jarang sekali warga muslim, apalagi memakai jilbab seperti kami. Maih ingat pertama kali sampai di Bandara China, dan temanku menyakan tentang tempat sholat di sana, mbak mbak informasinya malah bingung, dia tak tahu apa itu muslim prayer room, dikiranya rest room (di Thailand, bandara Svarnabhumi, ada muslim prayer room, di lantai 1 dan 2 kalo tidak salah). Yes, it was a great experience for both of us. Paling berkesan memang, tetap mempertahankan identitas kami sebagai muslim di tengah tengah mayoritas non muslim dan mungkin belum familiar dengan muslim.

           Ya, saya muslim, I am Moeslem, I am happy and proud about it :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar